Jumat, 22 Agustus 2014

Kewajiban Menuntut Ilmu

Hampir semua orang mengerti dan mengetahui kepentingan dan keperluan mencari ilmu sekalipun hanya secara glambayaran tidak secara mendetail, terutama umat islam yang diwajibkan dalam agamnya untuk menuntut ilmu tiada terbatas, selama ilmu itu membawa kemaslahatan dalam hidupnya. Wahyu pertama dari Al Qur'an turun dengan perintah- Nya : yang artinya : Bacalah !!
Dalamsuatu riwayat, perintah membaca itu diulangi sampai beberapa kali, hingga Nabi sendiri terasa badannya letih. Mengingat Nabi bersifat Fathanah ( cerdas dan sekali perintah beliau telah dapat menjawab dan membacanya ) namun, tidak lain hanya untuk mendidik dan merupakan tekanan kuat kepada umatnya untuk mencari ilmu, sesuai dengan perintah beliau didalam haditsnya : "Carilah ilmu dari asuhan sang Ibu (tidak terbatas waktunya), hingga masuk liang kubur ".
Islam mewajibkan mencari ilmu bukan hanya ilmu bukan hanya ilmu pengetahuan apa saja yang membawa kemaslahatan dan berguna bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya di dunia, selama tidak bertentangan dan merusak aqidah Islamiyah, Rasulullah bersabda : "Carilah ilmu pengetahuan sekalipun adanya di negeri Cina, bahwasanya mencari ilmu itu wajib bagi semua pemeluk Islam ".
Maka dengan dasar hadits tersebut diatas , sangatlah jelas bagi kita bahwa ilmu yang dimaksud bukan hanya ilmu tentang agama saja, tetapi segala ilmu pengetahuan yang tidak berbahaya. dan ketika itu jika yang dimaksud ilmu agama, sudah dapat dipastikan Jazirah Arab dan sekitarnya adalah sumbernya dari Rasululah saw. Namun apa sebabnya Nabi menyuruh pergi ketanah cina ?
Hal ini menunjukkan bahwa ilmu dimaksud adalah ilmu pengetahuan umum dan kebetulan waktu itu negeri cina telah mengalami kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan pada umumnya.
Wahyu pertama "Bacalah dengan nama Tuhanmu "ini menunjukkan adanya kelas atau tingkatan bagi manusia dalam mengenal Tuhan hanya nama dan sifat-Nya saja, untuk menguatkan kepercayaannya belu punya dasar yang kuat. Golongan orang-orang semacam ini tidak sedikit jumlahnya di negeri kita bahwa hampir menduduki tingkat tertinggi (hasil-hasil mereka lebih mudah disebut dengan penganut agama secara tradisi atau keturunan ).
Tingkat kedua yaitu mengenal Tuhan disertai dengan dasar yang meyakinkan akan pengenalannya itu.
Tingkat ketiga, mereka mengenal Tuhan sudah lebih maju lagi yaitu : Setelah yakin disertai dengan dasar yang menguatkan, tetapi juga denga percobaan dan penyelidikan seperti yang dilakukan Nabiyullah Ibrahim as ketika ia mencari Tuhannya, tetapi tingkatan ketiga ini jarang dilakukan masyarakat awam karena dikhawatirkan akan tersesat.
Dalam rangka pengenalan terhadap Allah agar hatinya benar yakin, Islam mewajibkan pemeluknya menuntut ilmu dengan pembahasan dan penyelidikan berdasarkan pecobaan, karena bila didasarkan hanya sekedar percaya tanpa adanya dalil-dalil yang meyakinkan hanya ikut-ikutan saja ini akan mudah diombang-ambingkan arus gelombang keraguan yang dahsyat.
Islam dalam mencari hakekatnya adalah searah dengan ilmu pengetahuan, tidak cukup hanya dengan alasan ghaib atau alasan tujuan baik saja, tetapi Al Qur'an sering menegaskan adanya ilmu pengetahuan yang harus diselidiki. Sesuatu yang pasti (harus ada) yang disebut hukum moril bagi hidup dan sesuatu yang pasti itu Allah meletakkan dalam hukum alam atau sunatullah yang harus dipatuhi dan digunakan oleh umat manusia sebab barang siapa yang menyalahi hukum alam tersebut akan berarti binasa atau hancur dan seakan menyalahi sarta durhaka kepada Allah.
Kemudian dari ilmu yang dimiliki itu, diharapkan menambah keyakinan dan kemampuan meningkatkan pengabdian terhadap Allah, sebab ia sudah tunduk dan taat pada kuasa dan Iradah- Nya.
Demikianlah kiranya yang dikehendaki Islam, manusia-manusia yang mampu menghimpun kekuatan ilmu untuk meraih tujuan agama yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan yang nyata. Firman Allah : " Bahwasanya kejadian langit dan bumi serta pergantian siang dan malam, sungguh terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berfikir ".
( Dikutip dari buku Masrap Suhaem)
ILMU, AMAL DAN IKHLAS
Ilmu, amal dan Ikhlas ketiga-tiganya tidak bisa dipisah-pisahkan jika kita ingin diterima oleh Allah, sebab Islam agama yang ajarannya bukan sekedar pengertian atau teori pelaksanaan dan penerapan dalam hidup dan kehidupan sehari-hari disertai dengan keikhlasan niat.
Islam jika diambilkan dari kata-kata " Sallama " berarti menyerahkan diri atau memelihara. Menyerahkan diri dengan atau memelihara. Menyerahkan diri dengan segala ketulusan hati dan taat lahir batin terhadap dzat yang menciptakan. Firman Allah: " Tidaklah mereka diperintahkan, kecuali hanya menyembah kepada Allah, mengikhlaskan semata hanya untuk -Nya agama sempurnanya, dan mendirikan shalat serta mengeluarkan zakat itulah Islam agama tegak kokoh ".( Al Bayyinah 5)
Dengan ayat tersebut diatas jelaslah bahwa seorang Muslim harus mengetahui tugas kewajibannya yaitu mengabdi kepada Tuhannya, hal ini ia disebut telah berilmu.
Kemudian jika melaksanakan tugas kewajibannya sebagai seorang Muslim, maka ia disebut orang yang mengamalkan ilmunya, dan akhirnya agar dalam melaksanakan tugas kewajiban diterima oleh Allah, maka setiap muslim dituntut keikhlasandidalam niatnya tanpa pamrih atau apapun, semata hanya karena mengaharap keridhaan Allah SWT.
Islam berarti memelihara diri dari segala bencana atau kebinasaan, baik kebinasaan didunia atau diakhirat nanti. Oleh karena itu manusia yang belum Islam, berarti belum sanggup memelihara diri dari kebinasaan dan penderitaan, sebab ia belum mengerti hakekat hidupnya atau lazim disebut berilmu dan belum pula melaksanakan tugas kewajibannya sebagai makhluk Tuhan (tugas kemanusiannya), yaitu mengabdi kepada dzat yang menciptakannya dan belum pula melaksanakan tugas kewajibannya sebagai makhluk Tuhan ( tugas kemanusiannya), yaitu mengabdi kepada dzat yang menciptakannya dan menciptakan segala sesuatu yang wujud dialam semesta ini. Hadits Rasulullah : " Setiap manusia pasti binasa kecuali orang yang berilmu, setiap yang berilmu juga binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmunya, setiap pengamal ilmupun rusak binasa kecuali orang yang ikhlas niatnya ". ( Al Hadits)
Sesudah kita mengetahui hubungan ilmu, amal dan ikhlas faktor pertama yang harus dimiliki adalah keikhlasan, sebab ikhlas sebagai penentu amal diterima atau tidaknya, untuk itu setiap muslim wajib memiliki keikhlasan dalam beramal, jika tidak maka jangan harap tegar terlaksana ajaran Islam dengan terhormat serta disegani bagi pemeluknya.

Orang yang sangat rugi dihari kiamat


ialah orang yang sewaktu didunia memungkinkan


untuk menuntut ilmu lalu dia tidak mau menuntut


dan seorang yang mengajarkan ilmu lalu orang yang


diajari mendapatkan manfaat dari ilmunya sedangkan dirinya sendiri tidak


melaksanakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar